Memasuki kuartal kedua tahun 2025, kondisi ekonomi nasional ditandai dengan beberapa sinyal yang menandakan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sebut saja prediksi LPEM UI yang menyebutkan bahwa kuartal kedua tahun 2025 diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih akan di bawah 5%, lonjakan PHK di awal tahun 2025, penurunan neraca perdagangan, pelemahan nilai tukar rupiah, penurunan daya beli dari indikasi deflasi tahunan pertama dalam 25 tahun, dsb.
Kumulasi sinyal di atas bertemu dengan masa perang dagang US-China yang memanas pada Mei 2025, yang menjadikan dinamika pertumbuhan ekonomi nasional menjadi sangat fluktuatif.
Sektor properti, sebagai salah satu tulang punggung dalam perekonomian nasional terhitung cukup tangguh saat ini, namun sektor properti tetap harus waspada dalam mengantisipasi potensi risiko yang akan terjadi di masa depan.
Beberapa subsektor properti, sebut saja sektor residensial, pergudangan dan industri merupakan subsektor properti yang tergolong tangguh.
Berdasarkan data terbaru dari Bank Indonesia (BI), performa penjualan rumah tapak saat ini menunjukkan tren pelemahan. Terutama pada triwulan I-2025, indeks harga properti residensial, khususnya tipe kecil dan menengah mengalami kontraksi.
Pada dasarnya, sektor residential tergolong masih cukup tumbuh positif, meski pada segmen dan wilayah tertentu saja. Pertumbuhan ini diantaranya didorong oleh insentif PPN DTP yang diberikan oleh Pemerintah.
Tidak bisa diabaikan, strategi baru diperlukan oleh pengembang untuk mendorong pertumbuhan saat ini. Selain itu, kemampuan pengembang membaca kondisi dan tren pasar sangat diperlukan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasar yang masih bergerak saat ini.
Misalnya saja, transformasi gaya hidup generasi muda yang merupakan pasar dominan saat ini, digitalisasi dan perhatian terhadap lingkungan hidup menjadi faktor yang mempengaruhi pergeseran trend properti di Indonesia.
Terkait perhatian terhadap lingkungan hidup. Salah satu apartemen di Jakarta telah menyatakan projectnya merupakan proyek apartemen pertama yang telah memiliki sertifikat properti hijau, atau sustainability smart home (Green Mark Gold Standard). Project ini telah menerapkan berbagai fitur rumah hijau, seperti material ramah lingkungan, pencahayaan LED, rain harvesting, environmental glass, penanaman pohon, dan ruang terbuka hijau. Di tahun 2024 lalu, project ini tercatat memiliki penjualan yang cukup bagus, dengan satu tower-nya yang telah selesai dibangun terjual habis. Sementara itu, tower berikutnya masih dalam pembangunan.
Sektor properti harus terus tumbuh, untuk membantu mendorong jalannya roda perekonomian nasional, terutama dalam perannya sebagai sektor penggerak yang memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sekitar 14-16%.
Di tengah berbagai tantangan, harapan tetap ada dari potensi pasar domestik yang besar. Namun kewaspadaan perlu terus diterapkan dalam upaya menggerakan pertumbuhan di sektor properti. Pemerintah, perlu mengajak para pemangku kepentingan untuk lebih aktif mengantisipasi riuh rendah dinamika ekonomi nasional, agar produktivitas sektor penggerak ekonomi dapat terus tumbuh di tengah berbagai tantangan yang ada.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
https://www.bi.go.id/
https://en.lpem.org/
https://algoresearch.id/
https://www.cnbcindonesia.com/
https://www.kompas.id/
https://savyavasa.com/