Penetapan kebijakan tarif Amerika menjadikan berbagai negara menyiapkan strategi adaptasi baru, diantaranya membangun persepsi bersama bahwa tarif baru merupakan era new normal yang baru.
Misalnya saja pada sektor properti, khususnya di subsektor perkantoran, berikut diantara strategi baru yang dapat diterapkan:
- Tarif yang lebih tinggi, sebagai baseline baru
Laju inflasi yang diprediksi akan terganggu akan berdampak pada koreksi anggaran dari setiap operasional bisnis. Para occupier perkantoran diperkirakan akan memilih skema sewa yang lebih fleksibel, membatasi pergerakan investasi, prioritas pada optimalisasi biaya, dan permintaan yang datang mencerminkan daya tahan terhadap dinamika pasar saat ini. Sementara itu, para landlord perlu menghitung ulang terkait ekspektasi nilai sewa dan mengantisipasi siklus sewa yang melemah sebagai dampak dari era perang dagang baru.
- Pengurangan ketergantungan US-Tiongkok
Kondisi di atas juga memberikan dampak terhadap sektor properti, seperti relokasi pabrik AS dari Tiongkok ke beberapa negara, seperti Meksiko, India, dsb. Sementara itu, sektor industri di Tiongkok terus mendapatkan permintaan untuk pengembangan teknologi AI, teknologi ramah lingkungan termasuk manufaktur yang terus tumbuh dari konsumsi domestik yang kuat. Sektor properti komersial, seperti perkantoran diperkirakan akan mendapatkan efek domino dari perubahan konfigurasi perdagangan AS-Tiongkok yang memberikan dampak terhadap sektor industri.
- Diversifikasi rantai pasokan
Permintaan properti diprediksi akan bergeser ke kawasan yang fleksibel, dengan alternatif sewa dan lokasi yang aksesible. Area bisnis dan perdagangan akan menarik arus investasi. Daya adaptasi dan inovasi dalam operasional dan keuangan, akan menjadi faktor kunci dalam kesuksesan properti komersial.
Dalam beberapa riset terkait, disebutkan bahwa Indonesia tergolong sebagai negara dengan kerentanan yang rendah terhadap penetapan tarif As, hal ini diantaranya karena niai ekspor Indonesia ke As hanya mencapai sekitar 10% (berbeda dengan Vietnam yang hampir mencapai 30%), pasar domestik Indonesia cukup kuat dan terus tumbuh, Indonesia juga memiliki ragam kekayaan alam untuk mendukung pertumbuhan industri manufaktur.
Namun, kerentanan yang rendah ini juga perlu diimbangi dengan daya kompetisi yang unggul, baik di tingkat regional maupun global. Karena berbagai negara saat ini tengah berburu untuk menjadi destinasi relokasi industri dan investasi.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
https://kfmap.asia/blog/pengaruh-tarif-as-terhadap-sektor-properti/3954
https://www.kompas.com/
https://www.census.gov/