Perekonomian dunia memasuki periode turbulensi yang ditandai oleh perlambatan pertumbuhan global, inflasi tinggi di banyak negara, serta ketidakpastian geopolitik. Tekanan ini diperkuat oleh tingginya suku bunga di Amerika Serikat, pelemahan ekonomi Tiongkok, serta fluktuasi harga komoditas yang mengganggu stabilitas pasar. Di tengah dinamika tersebut, ekonomi nasional tetap mampu tumbuh positif sehingga menciptakan harapan baru.
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada kuartal III 2025, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,04% (yoy). Angka ini menegaskan resiliensi ekonomi nasional, karena tetap berada di atas ekspektasi pasar sebesar 5,00% meskipun sedikit melambat dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,12% (yoy). Keberhasilan mempertahankan pertumbuhan di atas lima persen selama tiga kuartal berturut-turut menjadi indikasi bahwa fondasi ekonomi Indonesia masih kuat, meski tekanan global belum mereda.
Di balik capaian tersebut, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan struktural. Ketimpangan pembangunan antar wilayah masih besar, dengan aktivitas ekonomi yang terus terpusat di Pulau Jawa sementara banyak daerah lain tertinggal dalam kontribusi industri dan layanan dasar. Ketergantungan pada komoditas primer membuat ekonomi Indonesia mudah terpengaruh perubahan harga di pasar global. Selain itu, produktivitas tenaga kerja yang masih rendah menyebabkan banyak lulusan belum sesuai dengan kebutuhan industri. Daya saing sektor manufaktur juga tertekan karena biaya logistik yang tinggi dan inovasi yang berjalan lambat.
Tekanan global dan tantangan domestik turut mempengaruhi sektor properti, yang dikenal sensitif terhadap suku bunga dan inflasi. Tingginya suku bunga membuat biaya kredit lebih berat, sementara inflasi meningkatkan ongkos pembangunan. Kondisi ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang mencatat pertumbuhan sebesar 0,84% (yoy) pada triwulan III 2025, sedikit menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,90%.
Dalam berbagai forum, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman menekankan bahwa sektor properti memiliki peran strategis sebagai penyedia hunian sekaligus penggerak ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan penguatan rantai pasok. Menurutnya, inovasi dan kemampuan adaptasi pelaku industri properti menjadi penopang penting bagi stabilitas ekonomi.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, Indonesia perlu memperkuat struktur ekonomi, meningkatkan daya saing, dan memanfaatkan peluang di sektor-sektor strategis, termasuk properti yang mendorong investasi dan konsumsi rumah tangga. Upaya ini perlu didukung oleh kebijakan yang tepat serta kolaborasi antara pemangku kepentingan dan masyarakat agar perekonomian Indonesia dapat terus tumbuh dan resilien di tengah kondisi global yang masih dibayangi tantangan.
Penulis : Farah Septiawardahni
Sumber :
https://kfmap.asia/blog/kuartal-iii-2025-sektor-properti-tunjukkan-ketahanan-di-tengah-perlambatan-ekonomi/4463
https://www.bps.go.id/
https://www.antaranews.com/