Bali, sebagai salah satu wilayah destinasi wisata nasional dan internasional, menghadapi tantangan besar dalam hal mobilitas dan infrastruktur transportasi.
Kemacetan lalu lintas, terutama di wilayah perkotaan seperti Denpasar, Kuta, dan Ubud, menjadi masalah yang semakin mendesak. Untuk menjawab kebutuhan ini, konsep Bali Urban Rail telah diajukan sebagai solusi transportasi modern dan berkelanjutan.
Kajian terhadap proyek Bali Urban Rail dimulai dengan identifikasi kebutuhan transportasi di wilayah Bali. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali, jumlah kendaraan bermotor di Bali meningkat rata-rata 8% setiap tahun. Pertumbuhan ini tidak diimbangi dengan kapasitas jalan yang memadai, sehingga menyebabkan kemacetan yang parah.
Bali Urban Rail dirancang sebagai moda transportasi berbasis rel yang menghubungkan kawasan-kawasan utama di Bali. Jalur utama yang diusulkan mencakup Denpasar, Bandara Internasional Ngurah Rai, Kuta, hingga ke Ubud. Proyek ini juga mempertimbangkan integrasi dengan moda transportasi lain seperti bus Trans Sarbagita dan taksi lokal.
Pelaksanaan Bali Urban Rail dimulai dengan studi kelayakan yang mencakup analisis kebutuhan, dampak lingkungan, dan potensi pendanaan. Studi ini dilakukan dengan melibatkan konsultan internasional yang memiliki pengalaman dalam proyek serupa.
Hingga saat ini, studi kelayakan awal proyek Bali Urban Rail telah selesai, dan hasilnya menunjukkan bahwa proyek ini layak secara teknis dan ekonomi. Pemerintah Provinsi Bali juga telah memulai proses pembebasan lahan untuk jalur pertama sepanjang 20 km. Selain itu, tender untuk desain teknis dan kontraktor konstruksi sedang dalam tahap finalisasi, dengan beberapa perusahaan nasional dan internasional yang menunjukkan minat yang besar.
Pendanaan proyek ini disetujui melalui skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Pemerintah Provinsi Bali juga sedang menjajaki kemungkinan dukungan dari lembaga-lembaga internasional seperti Asian Development Bank (ADB) dan World Bank.
Penulis : Muhamad Ashari
Sumber :
https://www.pwc.com
https://www.detik.com
https://ekonomi.bisnis.com