Pasar Properti di Tengah Fluktuasi Interest Rate oleh The Fed

星期五, 13 六月 2025

The Fed (Federal Reserve) merupakan bank sentral di Amerika Serikat yang memiliki peran utama dalam menjaga stabilitas ekonomi makro, salah satunya melalui penetapan interest rate atau suku bunga acuan. Umumnya, ketika inflasi meningkat maka bank sentral tersebut akan menaikkan suku bunga untuk menahan laju konsumsi dan kredit.

Begitu pun sebaliknya, jika ekonomi melambat maka suku bunga dapat diturunkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun 2022, The Fed telah mempertahankan interest rate di level tinggi, yakni berada di kisaran 4,25% - 4,50% sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi pasca pandemi.

Kondisi interest rate yang tetap tinggi ini memberikan dampak besar terhadap sektor properti di Amerika Serikat. Salah satu dampaknya adalah lonjakan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang kini menyentuh hampir 7%, akibatnya banyak calon pembeli rumah mengurungkan niat untuk membeli karena besarnya cicilan yang harus ditanggung.

Di sisi lain, kondisi ini dapat berpengaruh terhadap minat pemilik rumah untuk menjual propertinya. Hal ini disebabkan oleh potensi bunga kredit yang jauh lebih tinggi apabila membeli rumah baru, dibandingkan saat membeli rumah sebelumnya.

Hal di atas menyebabkan pasar perumahan di Amerika Serikat mengalami situasi yang tidak mudah. Dengan jumlah ketersediaan rumah untuk dijual mencapai rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir dengan total nilai mencapai 700 miliar dollar AS, diikuti dengan kondisi minat beli masyarakat tetap rendah. Bahkan sebagian rumah-rumah tersebut bahkan sudah berada di pasar selama lebih dari 60 hari tanpa terjual.

Fenomena ini juga dipengaruhi oleh kenaikan harga rumah di AS yang masih terjadi, yaitu sekitar 1,4% pada bulan April 2025 lalu. Interest rate yang dipertahankan oleh The Fed, menjadi salah satu penyebab utama kenaikan harga rumah tersebut. 

Sementara itu, dampak interest rate yang dikeluarkan oleh The Fed juga berpengaruh terhadap kondisi ekonomi di negara lainnya, karena dolar AS sebagai mata uang utama dunia yang dapat mempengaruhi arus modal global. Inggris, Kanada, hingga Indonesia ikut menyesuaikan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan menarik investasi asing.

Contohnya, Bank Indonesia yang sempat menaikkan suku bunga di tahun 2022 - 2023 secara bertahap dari 3,50% menjadi 5,75% sebagai bentuk respon terhadap kebijakan moneter global yang diambil alih oleh The Fed. 

 

Penulis: Ratih Putri Salsabila

Sumber: 

https://kfmap.asia/blog/kinerja-saham-emiten-properti-di-tengah-tren-suku-bunga-tinggi/3994 

https://www.federalreserve.gov/

https://www.investopedia.com/

https://www.reuters.com/

https://www.businessinsider.com/

https://www.kompas.id/

返回博客
©INFRAMAP - KNIGHTFRANK 2025