Proyek MRT Jakarta Koridor Timur–Barat menjadi salah satu pengembangan transportasi massal di wilayah Jabodetabek, yang akan menghubungkan Kota Jakarta Barat hingga Kota Bekasi. Rencana pembangunan ini menjadi upaya pemerintah untuk memperluas jaringan MRT agar dapat menjangkau kawasan penyangga ibu kota dan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi.
Tahap awal proyek ini akan mencakup jalur dengan panjang sekitar 24,5 kilometer, menghubungkan Tomang (Kota Jakarta Barat) hingga Medan Satria (Kota Bekasi). Proyek ini dijadwalkan mulai memasuki tahap konstruksi fisik pada tahun 2026, serta diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2031.
Struktur trase proyek ini akan terdiri dari kombinasi jalur layang (elevated) dan bawah tanah (underground) di beberapa segmen, disesuaikan dengan kondisi wilayah yang dilalui.
Dalam proyek MRT Koridor Timur–Barat, selain membangun jalur utama dari Tomang hingga Medan Satria, juga akan dibangun jalur tambahan menuju depo MRT di kelurahan Rorotan, Jakarta Utara, sepanjang 5,9 kilometer. Jalur ini tidak termasuk dalam rute utama penumpang, melainkan berfungsi sebagai akses ke depo yang akan menjadi pusat penyimpanan, perawatan, dan pemeriksaan kereta MRT.
Keberadaan jalur ke Rorotan ini tercantum dalam berbagai dokumen resmi proyek, termasuk laporan AMDAL dan RAP (Resettlement Action Plan) yang disusun oleh Japan International Cooperation Agency (JICA). Fasilitas depo di Rorotan menjadi elemen penting dalam mendukung operasional jangka panjang MRT Koridor Timur–Barat.
Secara keseluruhan, proyek MRT Timur–Barat memiliki cakupan yang lebih luas, yakni direncanakan membentang hingga 84 kilometer dari Cikarang (Bekasi) ke Balaraja (Tangerang) dan melewati berbagai wilayah strategis di Jabodetabek. Untuk mendukung pelaksanaan proyek ini, pemerintah telah menyiapkan alokasi pendanaan hibah dan bantuan.
Dari sisi manfaat, proyek MRT Koridor Timur–Barat diharapkan memberi dampak besar terhadap peningkatan konektivitas antara wilayah Jakarta dan Bekasi, terutama bagi masyarakat Bekasi yang bekerja atau beraktivitas di ibu kota. Dengan beroperasinya jalur ini, waktu tempuh perjalanan juga akan menjadi lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan kendaraan pribadi yang seringkali terjebak kemacetan.
Selain itu, pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD) di sekitar stasiun-stasiun baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatkan nilai properti, serta memperkuat aksesibilitas antar wilayah.
Walaupun proyek ini direncanakan mulai konstruksi pada tahun 2026, masih terdapat sejumlah tahapan penting yang harus diselesaikan, seperti kajian kelayakan dan proses pembebasan lahan. Target penyelesaian pada tahun 2031 juga masih bersifat estimasi, serta dapat berubah tergantung pada kesiapan pendanaan, faktor teknis, maupun regulasi yang berlaku.
Mengingat proyek ini melintasi dua wilayah administratif, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat, maka koordinasi lintas pemerintah daerah menjadi faktor penting agar proses pembangunan dapat berjalan efektif dan dapat segera dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Penulis : Ratih Putri Salsabila
Sumber :
https://en.antaranews.com/
https://money.kompas.com/
https://www.kompas.com/
https://kumparan.com/
https://ratas.id/