ESG Bukan Lagi Pilihan : Bagaimana Investor Beradaptasi pada Industri Properti Komersial?

星期五, 13 六月 2025

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep ESG atau Environmental, Social, and Governance telah menjadi salah satu faktor paling penting dalam perkembangan dunia properti. Jika dulunya prinsip ESG hanya dianggap sebagai nilai tambah atau strategi dalam branding, kini ESG telah berubah menjadi komponen utama dalam keputusan investasi properti. 

Perubahan yang terjadi sebagian besar dipicu oleh meningkatnya kesadaran investor dan perusahaan global terhadap komitmen dengan pembangunan berkelanjutan. 

Melalui laporan Whiplash to Resilience yang diterbitkan oleh Knight Frank Asia-Pacific, diketahui bahwa dalam situasi global yang masih tidak pasti, perang dagang AS–Tiongkok telah membawa pada kkondisi tarif impor yang melonjak hingga 124,1%, serta terganggunya rantai pasok global. Sehingga banyak perusahaan mulai beradaptasi dengan strategi yang lebih berfokus pada ketahanan operasional. 

Implementasi ESG menjadi bagian penting dari strategi pengembangan properti jangka panjang. Hal ini sudah terlihat di berbagai pasar Asia. Salah satunya adalah India, yang mencatatkan total volume transaksi sewa kantor sebesar 6,68 juta meter persegi pada tahun 2024, dengan mayoritas penyewa berasal dari sektor teknologi dan pusat layanan global (GCC). Kota-kota seperti Bengaluru dan Hyderabad menjadi favorit karena memiliki ekosistem inovasi yang kuat dengan dominasi gedung kantor yang telah bersertifikasi green building

Di sisi lain, Vietnam mencatat pertumbuhan permintaan ruang logistik sebesar 17,2% sepanjang tahun 2020 hingga 2024. Permintaan ini sebagian besar datang dari perusahaan-perusahaan yang mencari lokasi dan fasilitas yang efisien sekaligus berkelanjutan. 

Lalu bagaimana dengan Indonesia? 

Tekanan yang sama mulai terasa di Indonesia. Dalam laporan Jakarta Property Highlight 2H24 yang dirilis oleh Knight Frank Indonesia, tercatat bahwa rerata okupansi untuk gedung perkantoran hijau (green office) di CBD Jakarta mencapai 73,44%. Permintaan ini sebagian besar datang dari perusahaan multinasional yang kini lebih selektif dalam memilih properti komersial. 

Selain itu, gedung perkantoran dengan sertifikasi seperti Greenship, EDGE, dan LEED mulai semakin dilirik. Bangunan dengan sertifikasi hijau dianggap lebih tahan terhadap risiko pasar, lebih hemat biaya operasional, serta selaras dengan target keberlanjutan perusahaan. 

Kini, ESG telah menjadi fondasi baru dalam industri properti komersial. Di tengah gejolak ekonomi dan perubahan global yang terus berlangsung, hanya pengembang yang adaptif yang akan mampu bertahan dan unggul di pasar. Karena mulai sekarang, ESG bukan lagi pilihan melainkan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan untuk diimplementasikan, karena upaya memelihara dan menjaga kelestarian sumberdaya alam perlu dilakukan bersama secara konsisten. 

 

Penulis : Alivia Putri Winata 

Sumber :

https://kfmap.asia/research/asia-pacific-horizon-whiplash-to-resilience/4039 

https://kfmap.asia/research/jakarta-cbd-office-market-overview-2h-2024/3999 

返回博客
©INFRAMAP - KNIGHTFRANK 2025