Pergeseran tren mengubah pola konsumsi masyarakat Indonesia. Kegiatan CFD tidak lagi sekedar dihiasi UMKM yang berjualan, hari tanpa kendaraan itu kini bertabur kemeriahan event olahraga. Di CFD GBK misalnya, beragam acara olahraga terselenggara secara bersamaan di satu waktu, mulai dari road race, komunitas sepeda, pilates, hingga zumba.
Tren hidup sehat terus naik pamornya di kalangan masyarakat. Berdasarkan data dari Jakpat di 2024, sebanyak 94 persen gen Z dan milenial dari 1.030 orang responden, rutin berolahraga setidaknya seminggu sekali. Di survei lainnya, 70% yang bertempat tinggal di kota besar, seperti Jakarta, menyebutkan memiliki minat terhadap gaya hidup sehat, termasuk yoga, pilates, dan aktivitas fisik yang berbasis komunitas.
Fenomena ini turut membangun citra kota yang semakin bergerak ke arah pemenuhan kebutuhan akan kebugaran (wellness). Secara internasional, Global Wellness Institute (GWI) mencatat global wellness economy bernilai 6,32 triliun USD pada 2023 dan diproyeksikan tumbuh 7,44 persen per tahun hingga 2029 mencapai angka 9,68 triliun USD.
Di tahun yang sama, GWI menempatkan Indonesia sebagai penyumbang tertinggi nilai global wellness economy di Asia Tenggara sebesar 56,4 miliar USD. Selain itu, Indonesia juga ditetapkan sebagai negara dengan wellness economy ke-6 terbesar di Asia Pasifik, dan mencatat pertumbuhan ke-3 tertinggi di Kawasan Asia-Pasifik.
Beberapa kota sudah bergerak menuju ke arah industri kebugaran, contohnya Bali. Bali tidak hanya dikenal sebagai kota pesisir, lebih dari itu, kota ini menjadi salah satu destinasi wisata kebugaran dunia. Wisata di Bali tidak hanya mengandalkan deburan ombak untuk selancar, wisatawan betah singgah di Bali untuk membenahi diri melalui rangkaian yoga dan meditasi.
Potensi wisata kebugaran (wellness tourism) terus digencarkan oleh pemerintah, diantaranya dengan membuka regulasi bagi instruktur yoga supaya industri ini dapat lebih tertata. Selain itu, Kemenparekraf baru saja menyelenggarakan event "Wonderful Indonesia Wellness 2025" yang diselenggarakan di Yogyakarta dan Surakarta. Acara tersebut bertujuan untuk memasarkan wellness tourism dengan kearifan lokal Indonesia.
Wellness tourism diharapkan menjadi peluang baru penggerak ekonomi di Indonesia. Kesempatan ini dapat dijadikan sebagai gaya baru kota dalam berinovasi menciptakan daya tarik wisata. Kolaborasi masyarakat, komunitas dan pemerintah diperlukan untuk membangun citra kota yang sehat dan berkelanjutan sehingga memiliki nilai jual wisata.
Penulis: Dita Aulia Oktaviani
Sumber:
https://business.jakpat.net/
https://kemenpar.go.id/